Sogdiana Suku yang Pernah Menguasai Jalan Sutera

thumbnail
Hari ini, kota Samarkand di Uzbekistan relatif terpencil, meskipun masih dikenal terutama untuk reruntuhan abad pertengahan yang megah. Tapi lebih dari seribu tahun yang lalu, kota ini adalah salah satu kota terkaya di jalur perdagangan yang sangat terkenal, yang dikenal sebagai Jalan Sutra atau Silk Road. Sedangkan di di tahun 600 an M, rute hanya disebut hanya "Jalan Menuju Samarkand."

Budaya Samarkhand adalah hibrida dari pengaruh Iran dan Cina, agama disini juga dahulu juga campuran Zoroastrianisme dan tradisi-tradisi lain, dan kota ini milik sebuah kelompok etnis yang sekarang lenyap yang disebut Sogdians (Sogdiana).

 Jalan Menuju Samarkan (Road to Samarkand)
Sudah berabad-abad berlalu sejak Jalan Sutra masih digunakan sebagai rute perdagangan utama, tetapi legenda ini tetap hidup. Baru-baru ini, sekelompok programmer menggunakan nama Silk Road untuk situs perdagangan online bitcoin anonim yang mengkhususkan diri dalam barang-barang ilegal. Ini cukup berbahaya, demikian juga jalan sutra masa lalu.

 Banyak bagian dari rute jalan sutera yang sangat berbahaya, berkelok-kelok melalui pegunungan terjal dan jurang, serta menyusuri panasnya gurun Taklamakan di tepi barat China. Kafilah besar kadang-kadang tewas dalam tanah longsor dan badai pasir, atau dibunuh oleh geng perampok di daerah terpencil. Ada beberapa kota yang kaya di sepanjang jalan, dan kuil-kuil bertatahkan permata. Hampir semuanya bisa ditemukan dan di beli di sepanjang rute, mulai dari jubah sutra hingga narkoba dan budak.

Namun dalam kenyataannya, tidak hanya ada satu "jalan sutra". Rute perdagangan di lempeng Eurasia ini bercabang ke berbagai arah. Cabangnya ada yang mengarah jauh ke India, Timur Tengah, Asia Tengah dan China pesisir, lalu melompat ke seberang lautan ke Jepang dan Korea di satu sisi, dan ada yang melintasi Laut Arab antara India, Afrika dan Eropa di sisi lain.

Istilah "Silk Road" dipopulerkan oleh penjelajah Eropa pada abad kesembilan belas. Ilmuwan Jerman Ferdinand von Richthofen menciptakan istilah ini pada tahun 1877, ketika mencoba untuk menyusuri jalur yang terkikis waktu, setelah ekonomi dunia telah bergantung pada rute pengiriman laut. Juga, jalur ini tidak begitu dikenal oleh orang eropa, sampai Marco Polo menulis tentang perjalanannya pada abad ketiga belas. (Polo mungkin bukan orang eropa pertama yang melakukan hal ini, tetapi account-nya mempopulerkan ide dan menyebabkan lebih banyak orang eropa yang melakukan perjalanan)

Tapi bagi kebanyakan penduduk lokal, Jalan Sutra hanya sistem jalan raya setempat. Mereka menggunakan rute untuk pergi dari satu kota ke kota lain, dan lebih sedikit yang menggunakannya untuk menyeberangi perbatasan antara kerajaan.

Seperti yang dijelaskan sejarawan Yale Valerie Hansen dalam bukunya The Silk Road: A New History, sebagian besar orang yang tinggal di sepanjang rute akan menyebutnya "jalan ke kota berikutnya." Sering kali orang menyebutnya sebagai "jalan menuju Samarkand," karena Samarkand merupakan salah satu kota terkaya dan paling terkenal pada rute. Jika Anda melihat peta di atas, Anda juga dapat melihat bahwa Samarkand jatuh pada titik tengah antara Iran, India dan Asia Tengah. Jadi kota ini menjadi tengara yang diketahui banyak kelompok di daerah sekitarnya. Akibatnya bahasa Sogdian, bahasa Samarkand dan sekitarnya, adalah lingua franca di sepanjang rute perdagangan yang mengarah ke timur menuju Cina.


Mitos lain tentang Silk Road adalah bahwa yang dijual di sepanjang rute adalah sutera. Tentu sutra adalah komoditas utama, tapi sebagian besar digunakan sebagai uang (alat tukar). Kita tahu bahwa prajurit-prajurit penguasa lokal dibayar/ digaji dengan sutra, dan pedagang merasa jauh lebih mudah untuk membawa gulungan kain lembut ini daripada koin berat yang digunakan pada saat itu. Komoditas populer lainnya di Jalur Sutra juga (tidak mengherankan karena ringan) adalah: permata, rempah-rempah, musk, manuskrip, mineral, kaca, obat-obatan, dan berbagai tekstil.

Mungkin hal yang paling berharga yang dibawa bepergian sepanjang rute sutra adalah makhluk hidup. Orang Cina menempatkan nilai tinggi pada kuda yang kuat, sehat yang dipelihara oleh kelompok-kelompok nomaden yang memerintah stepa utara. Budak juga dibeli dan dijual di sepanjang rute. Salah satu dari beberapa dokumen yang masih ada sampai sekarangi di Sogdian adalah kontrak pernikahan dari tahun 700-an awal, yang berisi pasal yang membebaskan suami dan istri dari kewajiban mereka satu sama lain jika salah satu pihak merasa diperbudak. Ini luar biasa, karena hukum seperti ini telah ada di masa ketika perbudakan merupakan hal yang biasa di kehidupan sehari-hari. Konflik selalu terjadi lebih banyak di rute perdagangan dan wilayah sekitarnya. Dan ini dapat menaikkan atau menjatuhkan kedudukan dan nasib seseorang hanya dalam semalam, mengubah bangsawan kaya menjadi gembel dan sebaliknya.

Hansen juga berpendapat, Jalan Sutra mengubah dunia tidak dalam hal membawa sutra ke barat, atau kaca ke timur - sebaliknya, membawa imigran ke dan dari seluruh penjuru dunia. Dan dengan mereka datanglah ide-ide baru, penemuan-penemuan ilmiah baru, dan aliansi politik baru antara kelompok-kelompok yang berjauhan. Jadi yang paling umum digunakan untuk Silk Road adalah imigrasi, yang biasanya dilakukan oleh orang-orang yang ingin mendirikan pos-pos perdagangan atau melarikan diri dari penjajah. Suku Sogdian, yang kekayaan mereka mengakar secara luas di kota dagang Samarkand, juga adalah komunitas imigran terbesar Jalan Sutra itu.

Lahir Dengan Madu pada Mulut dan Lem di Tangan
Samarkand adalah sebuah kota kuno, mungkin didirikan oleh kelompok-kelompok yang datang dari Iran di 700an SM. Dibangun di atas bukit, dikelilingi oleh peternakan subur dan kebun. Kota ini kemudian ditaklukkan oleh Alexander di tahun 329 SM. Sekitar 600 tahun kemudian, ia ditaklukkan oleh dinasti Sasanid dari Iran. Meskipun kemudian kota ini diklaim bangsa-bangsa lain, mulai dari Turki hingga dinasti Tang China, kota ini tidak hancur oleh konflik-konflik yang mendidih di sekitarnya. Sebaliknya, kota ini justru tumbuh besar dan makmur.

Itu mungkin karena Samarkand membuka pintu untuk siapa saja yang mematuhi hukum perdagangan. Pasar kota itu terkenal dengan keragaman barang: Anda bisa membeli sesuatu dari penerjemah bahasa hingga budak seks. Para pengrajin kota terkenal karena kertas dan sutra yang mereka hasilkan. Ini adalah kota perdagangan dan industri, yang reputasinya menyebar karena suku Sogdians sering berimigrasi ke kota-kota perdagangan penting lainnya di Cina Barat seperti Dunhuang dan Chang'an (sekarang Xi'an). Kemanapun mereka pergi, suku Sogdians membangun lingkungan etnis yang hari ini mungkin akan kita namai "Samarkand Kecil" atau "Sogdiatown"

Reputasi Suku Sogdians dalam berdagang menjadi sangat terkenal. Sejarawan yang menyusun Buku "New Book of Tang, an official chronicle of the Tang Dynasty" yang selesai pada tahun 1060, menggambarkan pandangan Cina untuk suku Sogdians seperti ini:

Ketika mereka melahirkan anak laki-laki, mereka menempatkan madu di mulutnya dan lem di telapak tangannya sehingga ketika dia tumbuh, ia akan berbicara kata-kata manis dan koin yang dipegang di tangannya akan terus menempel di sana ... Mereka paandai berdagang, mencintai keuntungan, dan merantau ke luar negeri pada usia dua puluh. Mereka akan ada dimana keuntungan dapat ditemukan.
Gambaran diatas tidak persis begitu, juga tidak bermaksud menyanjung.
Pada awal abad kedua puluh, seorang arkeolog bernama Aurel Stein tengah menjajaki beberapa jalur perdagangan yang terpencil yang membentang pada rute perdagangan di Cina Barat. Di luar Dunhuang, ia menemukan kotak surat yang berisi 8 surat yang relatif terawat baik. Surat-surat itu ditulis dalam bahasa Sogdian - bahasa yang tak seorang pun di dunia modern yang pernah melihat sebelumnya - dan ditujukan kepada Samarkand

Bencana yang Menenggelamkan Majapahit di Kitab Pararaton

thumbnail
Secara geologi, wilayah Majapahit berdiri di atas suatu kawasan rawan bencana geologi berupa letusan gunungapi, gempa, gunung lumpur, dan banjir. Pada masa Singasari dan Majapahit, bencana-bencana ini pernah terjadi melanda dua kerajaan tersebut, seperti tercatat di Kitab Pararaton. Penggalian arkeologi masih berlangsung dan telah menemukan beberapa lapisan bangunan Majapahit dan yang lebih tua yang terkubur lumpur lempung dan/atau sebagian material volkanik. Hal ini mengindikasi bahwa pada masanya peristiwa alam seperti letusan gunungapi atau gununglumpur pernah melanda area Majapahit.

 Kitab “Pararaton” yang ditulis seorang penulis tak dikenal pada tahun 1535 Saka (1613 M) walaupun ditulis pendek saja (sekitar 250 baris kalimat pada daun lontar) ternyata di sana sini memuat berita kejadian-kejadian bencana geologi (banyu pindah, gunung anyar, gunung jeblug, lindu) di area Kerajaan Singasari dan Majapahit di sekitar Kediri sampai Delta Brantas sekarang. Kitab ini memang kronik sejarah para raja yang pernah memerintah di Kediri, Singasari, dan Majapahit; dari asal-usul Ken Angrok -pendiri Singasari 1144 Saka sampai Kertabhumi -raja terakhir berdaulat Majapahit 1400 Saka.

Pararaton adalah kitab kuno. Isinya bukan hanya kisah yang sarat intrik, tetapi juga gagasan tentang bagaimana kekuasaan direbut, dikelola, dan dipertahankan, termasuk peristiwa-peristiwa geologi di sekitarnya. Beberapa peristiwa tersebut disebutkan di bawah ini (Komandoko, 2008). Gunung baru yang dimaksud di bawah adalah gunung lumpur.
 Berikut isinya

Quote:

Bab 8
….Ada peristiwa gunung meletus, yakni gunung Lungge pada tahun api-api-tangan-satu, atau tahun 1223 Saka. (api-api-tangan-satu adalah “sengkalan” – chronowords yang sudah diterjemahkan dari bahasa Kawi ke bahasa Indonesia). Bab ini adalah periode pemberontakan Sora-Nambi-Ranggalawe kepada Jayanegara, raja kedua Majapahit.

Bab 9
….Kemudian tahun guntur-pabanyu-pindah, atau tahun 1256 Saka. Bab ini adalah periode Gajah Mada menjadi mahapatih.

Bab 10
….Selanjutnya terjadi peristiwa gunung baru pada tahun ular-liang-telinga-orang, atau tahun 1298 Saka. Lalu terjadi peristiwa gunung meletus pada tahun pendeta-sunyi-sifat-tunggal, atau tahun 1307 Saka. Bab ini adalah periode pemerintahan Hayam Wuruk.

Bab 11
….Lalu terjadi peristiwa gunung meletus di dalam minggu pada tahun muka-orang-tindakan-ular,atau tahun 1317 Saka. Bab ini saat Wikramawardhana (Hyang Wisesa) jadi raja di Majapahit.

Bab 12
….Selanjutnya terjadi peristiwa gunung meletus di dalam minggu Julung-pujut, pada tahun tindakan-kitab suci-sifat-orang, atau tahun 1343 Saka. …Lalu terjadi peristiwa masa kekurangan makan yang sangat lama pada tahun ular-zaman-menggigit-orang, atau tahun 1348 Saka. Bab ini saat Sri Ratu Batara Istri (Dewi Suhita) memimpin Kerajaan.
Gunung Lumpur di Jawa Tengah sampai Jawa Timur: LETUSAN GUNUNG API DAN BANJIR GUNUNG LUMPUR PADA MASA MAJAPAHIT

Secara geologi, wilayah ibukota Majapahit berada di dua kawasan yang rawan: (1) bencana gunungapi dan (2) bencana gunung lumpur.

Ke sebelah selatan-tenggara Trowulan terdapat gunung-gunungapi: Kelud, Anjasmoro-Welirang-Arjuno. Dalam sejarah, juga sampai kini gunung-gunungapi ini aktif dan belum mati. Kitab Pararaton mencatat berkali-kali terjadinya letusan gunungapi selama masa Singasari dan Majapahit. Sampurno (1983, lihat Daldjoeni, 1992) menunjuk letusan gunungapi dari kompleks gunung Anjasmoro,Welirang, dan Arjuno 25 km di sebelah tenggara Majapahit sebagai kemungkinan penyebab bencana yang melanda Majapahit dan tercatat dalam babad ”Guntur Pawatugunung”.

 Aliran piroklastika dari kompleks gunungapi ini diperkirakan melalui kali Gembolo dan anak-anak sungai Brantas menuju utara dan baratlaut. Aliran longsoran piroklastika juga bisa berasal dari wilayah Gentonggowahgede di lereng gunungapi melalui lembah Jurangcelot menghambur ke daerah Jatirejo dan berakhir di wilayah pusat kerajaan Majapahit. Longsoran itu dapat diawali oleh gempa hebat dan banjir sungai besar. Sampurno (1983) menyatakan bahwa Kerajaan Majapahit seakan-akan lenyap segalanya pada suatu saat dihancurkan oleh suatu bencana hebat.

Majapahit pun terletak di tepi suatu kawasan dalaman geologi (depresi) bernama Dalaman Kendeng yang terkenal banyak memunculkan gunung-gunung lumpur di seluruh areanya (Satyana, 2007). Dalaman Kendeng memanjang di sebelah utara Pulau Jawa dari sekitar sebelah selatan Semarang melebar ke Solo, lalu memanjang ke sebelah timur sampai Surabaya melebar ke Pasuruan termasuk sepanjang Selat Madura. Di dalaman yang mengalami penurunan dengan cepat ini, sedimen sangat tebal berumur muda yang diendapkan dengan cepat. Karena diendapkan dengan cepat, sedimen yang diendapkan tidak pernah mengalami proses pembatuan yang sempurna, atau dikatakan sedimen itu tidak mengalami kompaksi sempurna.

Gunung lumpur selain meletuskan lumpur dan batu, ia juga meletuskan air panas dan gas hidrokarbon (misalnya gas metana) maupun gas nonhidrokarbon seperti CO2. Karena ada gas hidrokarbon, maka kemungkinan dapat terbakar sangat besar, sehingga sebuah letusan gununglumpur dapat berbahaya. Bahaya selanjutnya adalah wilayah letusan gununglumpur kemudian akan mengalami penenggelaman karena materi lumpur dan batuan yang telah diletuskannya menyebabkan kekosongan massa di bawah sehingga daya dukung tanah hilang dan area akan tenggelam/runtuh.

Majapahit terletak di tepi selatan Dalaman Kendeng. Dalaman Kendeng ini juga secara termal relatif lebih panas karena terletak dekat dengan jalur gunungapi Jawa. Panas ini akan lebih meningkatkan mobilitas sedimen tidak kompak yang diendapkan di Dalaman ini. Dalaman Kendeng yang memanjang barat-timur ini pun tertekan secara kuat tegak lurus dari arah selatan ke utara oleh gaya geologi akibat penekanan kerak Samudera Hindia terhadap Pulau Jawa. Maka retakan-retakan berupa patahan/sesar mudah terbentuk di Dalaman Kendeng, yang akan menyebabkan sedimen tak kompak menemukan jalannya untuk mencuat ke atas sampai permukaan dan jadi gunung lumpur. Telah banyak gunung lumpur terjadi di Dalaman Kendeng ini, misalnya Bledug Kuwu, yang meletus sampai sekarang, Sangiran yang meletus ratusan ribu tahun yang lalu, atau LUSI (Lumpur Sidoarjo) yang terus meletus dari tahun 2006, bahkan di dasar laut Selat Madura.

Orang China Menemukan Benua Amerika

thumbnail
Buku "1421 The Year China Discovered The World" (1421 Tahun China Menemukan Dunia) memuat pernyataan sejarawan Inggris Gavin Menzies, bahwa di era Dinasti Ming China, armada Zheng He pernah mengunjungi Amerika pada 1421.
 Ia menyebutkan armada Zheng He juga sudah mengunjungi benua Australia, 300 tahun lebih awal dari yang dilakukan oleh James Cook.
Menurut 'Daily Mail' Inggris, bertepatan dengan Hari Columbus tanggal 8 Oktober, Gavin Manzies menerbitkan di Inggris bukunya yang berjudul "Who Discovered America" (Siapa Menemukan Amerika).

Manzies menggunakan peta kuno pada 1418 dalam buku itu, sebagai referensi untuk membuktikan bahwa orang China (Zheng He) adalah yang pertama kali menemukan benua Amerika. Mereka menemukan Dunia Baru 70 tahun lebih awal dari Christopher Columbus.

Peta ini adalah peta salinan yang dibuat di abad ke 18 dibuat berdasarkan penggambar peta aslinya yakni Laksamana Zheng He. Gambar belahan bumi sebelah barat dapat kita lihat letak benua Amerika Utara dan Selatan serta Afrika dengan sungai besar yang mengaliri.

Menurut Gavin Menzies, pandangan tradisional kita yang mengaku bahwa Christopher Columbus sebagai penemu Dunia Baru adalah sebuah bayangan 'fantasi' yang tidak berdasar.

Menzies menulis dalam bukunya, penduduk asli dari belahan bumi sebelah barat bukanlah orang asal daratan Asia yang melintasi Laut Bering sampai akhirnya tiba di benua Amerika. Tetapi pelaut-pelaut China yang menyeberangi Lautan Pasifik pada 40.000 tahun yang lampau.

Hasil tes DNA membuktikan bahwa orang-orang Indian Amerika dan masyarakat adat lainnya adalah keturunan dari beberapa gelombang migrasi penduduk Asia. Dijelaskan pula bahwa armada besar Zheng He pernah berlayar mengelilingi Amerika Selatan dan itu terjadi 100 tahun lebih awal dari yang dilakukan oleh penjelajah bangsa Portugal Fernando de Magallanes.
peta-zhenghe-2Menzies yakin bahwa Columbus telah menggunakan peta pada 1421 milik Zheng He ini sebagai pedoman untuk mencapai Dunia Baru.
Peta ini milik seorang pengacara China bernama Liu Gang yang dibeli dari sebuah toko penjual barang bekas di Beijing. Untuk memastikan keasliannya peta ini dibawa oleh Liu Gang ke Pelelang terkenal Christie untuk diteliti.

Hasilnya membuktikan bahwa peta tersebut sudah berusia sangat tua, dan bukan barang imitasi. Kemudian oleh Menzies peta ini diserahkan kepada sekelompok sejarawan untuk dianalisis setiap hurufnya yang tertera dalam peta. Kesimpulan mereka adalah peta ini merupakan peta yang dibuat pada masa Dinasti Ming, China.
 Menzies percaya bahwa lokasi dalam peta di mana tertera tulisan "orang di sini meyakini ajaran Paracas" dan "kurban yang dipersembahkan kepada para Dewa adalah manusia" adalah negara Peru sekarang. Hal ini sesuai dengan keyakinan penduduk di sana.

Beberapa tulisan yang tertera di peta tua Peru juga serupa dengan yang tercantum dalam peta Dinasti Ming ini. Misalnya Chawan, dalam bahasa China berarti mempersiapkan lahan untuk ditanami bibit. Chulin, artinya hutan, Ko-lan sebuah nama perkampungan yang terletak di dasar lembah pegunungan Peru, berarti gerbang kesulitan dalam bahasa China.

Menzies bukan seorang sejarawan lulusan penguruan tinggi, bahkan tidak memiliki gelar. Ia adalah pensiunan Angkatan Laut Inggris mantan kapten kapal selam. Sejauh ini ia telah menerbitkan 4 buku yang ditujukan untuk mengkoreksi pandangan sejarah setelah ditemukannya pembuktian yang berasal dari Timur. Jutaan dolar honorarium dari penerbit bukunya ia gunakan untuk membiayai penelitian yang lebih mendalam. Rumah tinggalnya yang di London Utara ia alih-fungsikan menjadi lembaga penelitian dan tempat menampung paling banyak 6 orang asisten peneliti di saat padat pekerjaan.


Bukunya sempat memicu kontroversi besar. Pada 2008 seorang profesor sejarah dari University of London Ami Stowe, Felipe Fernandez – Armesto mengatakan kepada 'Daily Mail' bahwa buku karangan Menzies di mata peneliti sejarah sama seperti cerita 'bertumburan dengan Elvis Presley di supermarket' atau 'berhubungan dekat dengan hamster luar angkasa' . Wikipedia juga menempatkan Menzies sebagai sejarawan palsu. Namun, hal ini tidak menghalangi Menzies untuk mendatangkan uang dari para pembaca bukunya, tidak pula menghalangi ribuan pengikuti untuk mengakses situsnya dan memberikan kontribusi penelitian mereka.

Banyak ilmuwan percaya bahwa sejumlah manusia telah bermigrasi ke belahan bumi sebelah barat pada sekitar 13.000 – 16.500 tahun yang lalu. Akademisi hampir semua sependapat bahwa penduduk awal benua Amerika Utara adalah penduduk Asia yang bermigrasi dengan menyebrangi jembatan darat Bering.

Menzies berpandangan lain, ia mengatakan bahwa semakin ia telusuri maka semakin terasa konyol. Menurutnya untuk melintasi Pasifik pada 40.000 tahun yang lalu tidak seberat yang dibayangkan orang sekarang. Anda yang berada dalam sebuah wadah yang dapat mengapung akan dengan mudah dibawa oleh arus laut melintasi lautan. Bukan suatu kejadian aneh karena jarak tempuh perjalanan laut manusia di jaman itu jauh melampaui pemahaman kognitif tradisional.


Benua Hilang yang Pernah Ada Di Dunia

thumbnail
Bumi telah diciptakan jutaan tahun lalu, jauh sebelum masa manusia sekarang. dari rentang waktu itu ternyata telah banyak kehidupan-kehidupan yang pernah ada, dan ceritanya masih bisa kita temukan dileteratur-literatur sejarah. Entah karena kejadian apa, dan karena alasan apa, hari ini kita tidak dapat labuhi lagi dan hanya bisa mendengar dari cerita atau sekedar membaca dari buku-buku sejarah. Sebuah contoh utama adalah Atlantis, yang menurut mitos Yunani, tenggelam ke dasar laut. Berikut adalah daftar benua hilang yang tertulis dalam sejarah

 Benua Mu

Mu adalah nama sebuah benua yang pernah diyakini pernah ada di salah satu lautan bumi, tetapi menghilang pada awal sejarah manusia.

Konsep dan nama itu diusulkan oleh Traveler pada abad 19 dan penulis Augustus Le Plongeon, yang mengklaim bahwa beberapa peradaban kuno, seperti Mesir dan Mesoamerika, diciptakan oleh pengungsi dari benua Mu, yang terletak di Samudera Atlantik. Konsep ini dipopulerkan dan dikembangkan oleh James Churchward, yang menegaskan bahwa Mu pernah terletak di Pasifik.

Keberadaan Mu sudah menjadi perdebatan ketika dilanjutkan oleh Le Plongeon. Le Plongeon mengklaim bahwa peradaban Mesir kuno didirikan oleh Ratu Moo, seorang pengungsi dari benua Mu. Pengungsi lain diduga melarikan diri ke Amerika Tengah dan menjadi bangsa Maya

Saat ini, para ilmuwan universal menolak konsep benua Mu (dan benua hilang lain seperti Lemuria) secara fisik tidak mungkin, karena benua tidak dapat tenggelam atau hancur dalam waktu singkat dibutuhkan oleh premis ini. Benua Mu sekarang hanyalah dianggap sebagai suatu tempat fiktif belaka.

Benua Lemuria

Lemuria sempat diperkirakan ada keterkaitan dengan benua Mu, sebuah kisah dari sebuah benua di samudra Pasifik yang hilang di bawah air, kadang dikaitkan juga dengan kisah benua Atlantis.

Pendapat bervariasi tentang keberadaan benua Lemuria ini. Suatu pendapat mengatakan bahwa benua Lemuria ini tepat berada di samudra Pasifik, yang bertetangga dengan Indonesia di masa lalu. Raja David Kalakaua menegaskan sebuah peta yang menunjukkan daratan Pacific besar dan lain daratan di samudera Hindia. Sebagian besar setuju bahwa wilayah Pasifik utara diperpanjang atas masa lalu Hawai'i, timur Pulau Paskah dan ke barat setidaknya Micronesia masa lalu. Selanjutnya, legenda mengatakan bahwa daerah yang sekarang dikenal sebagai kepulauan Hawaii adalah ibukota kabupaten tanah ini.

Ada beberapa bukti mengejutkan dari sebuah peradaban maju pra-migrasi orang Polinesia. Diketahui bahwa Polinesia di zaman sejarah hanya memiliki kemampuan dasar untuk membentuk batu. Mereka tidak memiliki kemampuan yang dikenal untuk memotong batu. Namun ditemukan beberapa batu dipotong datar, berlekuk, atau tepatnya dipasang di seluruh Pasifik. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang siapa melakukan pekerjaan dan mereka punya teknologi yang luar biasa.

Benua Thule

Thule, Thula, Thila atau Thyilea (Yunani:, Thoul), adalah, dalam literatur Eropa klasik dan peta, sebuah daerah di utara jauh. Sering dianggap hanya sebagai sebuah pulau di zaman kuno, interpretasi modern dari apa yang dimaksudkan oleh Thule sering diidentifikasikan sebagai Norwegia, identifikasi didukung oleh perhitungan modern. Interpretasi lain termasuk Orkney, Shetland, dan Skandinavia. Pada abad pertengahan akhir dan Renaissance, Thule sering diidentifikasi sebagai Islandia atau Greenland. Lokasi lain yang disarankan adalah Saaremaa di Laut Baltik. The ultima Istilah Thule di geografi abad pertengahan menunjukkan setiap tempat yang jauh terletak di luar "batas dunia yang dikenal". Kadang-kadang digunakan sebagai kata benda (Ultima Thule) sebagai nama Latin untuk Greenland Thule ketika digunakan untuk Islandia.

Pytheas seorang penjelajah Yunani, pada perjalanannya antara 330 SM dan 320 SM, dikirim oleh Massalia, adalah orang pertama yang menulis tentang tanah Thule, sebuah utara pulau Britania. Menurut tulisan-tulisannya (yang hanya bertahan dalam bentuk fragmen direferensikan oleh sejarawan lain) itu berlayar enam hari dan merupakan utara terjauh dari pulau-pulau yang dikenal, menempatkannya di Lingkaran Arktik.

Penulis klasik lain, Orosius (384-420 AD) dan biarawan Irlandia Dicuil (akhir abad ke-9 dan ke-8 awal), menggambarkan Thule sebagai Utara dan Barat dari kedua Irlandia dan Inggris. Dicuil menggambarkan Thule sebagai melampaui pulau-pulau yang tampaknya menjadi Faroes, sangat menyarankan Islandia. Dalam tulisan-tulisan para sejarawan Procopius, dari paruh pertama abad ke-6, Thule merupakan sebuah pulau besar di utara dihuni oleh 25 suku bangsa. Hal ini diyakini bahwa Procopius benar-benar berbicara tentang bagian dari Skandinavia, karena beberapa suku mudah diidentifikasi, termasuk Geats (Gautoi) di masa kini-hari Swedia dan Saami (Scrithiphini). Dia juga menulis bahwa ketika Heruls kembali, mereka melewati Varni dan Denmark dan kemudian menyeberang laut ke Thule, di mana mereka menetap di samping Geats.

Benua Hyperborea
Hyperborea adalah sebuah wilayah yang mengalami musim semi terus menerus sepanjang tahun dan berlokasi jauh di utara Yunani. Orang-orang yang hidup disana tidak mengenal perang, tidak pernah terserang penyakit, berumur panjang dan tipe pekerja keras.

Sebagian orang berpendapat wilayah ini masih merupakan satu kesatuan dari benua, dibatasi oleh Sungai Okeanos di Utara dan puncak-puncak pegunungan mitos Rhipaion di Selatan. Sungai besar yang mengalir di Hyperborea bernama Eridanos yang mengalir dari Sungai Okeanos ke Selatan. Di sungai itu hidup sekawanan angsa putih yang konon bisa bernyanyi, tetapi apabila dibawa keluar wilayah Hyperborea, kemampuan menyanyinya akan hilang. Diberkati dengan musim semi abadi, orang-orang Hyperborea memanen hasil bumi mereka dua kali dalam setahun, tetapi sebagian besar wilayah ini merupakan hutan lebat yang indah, yang disebut "kebun Apollo".

Di sebelah Selatan Hyperborea terdapat puncak-puncak gunung Rhipaion yang sunyi dan tidak terjamah tangan manusia. Disinilah kediaman Boreas, dewa angin utara, yang hembusan nafasnya membawa musim dingin ke negeri-negeri di Selatan, seperti Skythia, Thrakia, Istria, Keltika dan Yunani. Di puncak-puncak gunung itu juga hidup Griffon, binatang bertubuh setengah singa setengah burung elang, dan di lembah Rhipaion dihuni oleh suku bermata satu yang haus darah, Arimaspoi. Lebih ke Selatan, terbentang dataran terisolasi yang tertutup salju dan musim dingin abadi, Pterophoros.

Keberadaan Hyperborea ditentang sepanjang jaman dahulu, meskipun ada beberapa bukti untuk mendukung bahwa itu didasarkan pada sebuah penemuan yang sebenarnya. Dua puluh empat jam sinar matahari dapat menempatkan pulau di suatu tempat di Lingkaran Arktik. Jadi Hyperborea dianggap Siberia atau mungkin jauh-utara jangkauan Cina. Sementara itu, Robert Charroux telah menyatakan bahwa Hyperboreans adalah astronot kuno yang memilih wilayah planet kita terdingin untuk menetap di karena lebih baik berkaitan dengan iklim planet mereka sendiri.

Benua Atlantis

Atlantis, Atalantis, atau Atlantika (Yunani), yang berarti pulau Atlas, adalah pulau legendaris yang pertama kali disebut oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias.

Dalam catatannya, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar "di seberang pilar-pilar Herkules", dan memiliki angkatan laut yang menaklukkan Eropa Barat dan Afrika sekitar 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam samudra "hanya dalam waktu satu hari satu malam".

Banyak filsuf kuno menganggap Atlantis sebagai kisah fiksi, termasuk (menurut Strabo) Aristoteles. Namun, terdapat filsuf, ahli geografi dan sejarawan yang percaya akan keberadaan Atlantis. Filsuf Crantor, murid dari murid Plato, Xenocrates, mencoba menemukan bukti keberadaan Atlantis. Karyanya, komentar mengenai Timaeus, hilang, tetapi sejarawan kuno lainnya, Proclus, melaporkan bahwa Crantor berkelana ke Mesir dan menemukan kolom dengan sejarah Atlantis tertulis dalam huruf heroglif. Plato tidak pernah menyebut kolom tersebut. Menurut filsuf Yunani, Solon melihat kisah Atlantis dalam sumber yang berbeda yang dapat "diambil untuk diberikan".

Dari cerita dikatakan bahwa Atlantis adalah sebuah kerajaan yang sangat berkuasa, dan kekuasaan meliputi hampir separuh daratan benua eropa dan benua amerika.

Beberapa hipotesis merupakan hipotesis arkeologi atau ilmiah, sementara lainnya berdasarkan fisika atau lainnya. Banyak tempat usulan yang memiliki kemiripan karakteristik dengan kisah Atlantis (air, bencana besar, periode waktu yang relevan).

Quote:
Beberapa dugaan sebagai lokasi Atlantis adalah:
- Al-Andalus
- Kreta dan Santorini
- Turki
- Di dekat Siprus
- Timur Tengah
- Malta
- Sardinia
- Troya
- Antarktika
- Australia
- Kepulauan Azores
- Tepi Bahama dan Karibia
- Bolivia
- Laut Hitam
- Inggris
- Irlandia
- Kepulauan Canary dan Tanjung Verde
- Denmark
- Finlandia
- Indonesia
- Isla de la Juventud dekat Kuba
- Meksiko
- Laut Utara
- Estremadura, Portugal
- Swedia
Tapi dari semua dugaan di atas, yang paling diyakini benua Atlantis berada di tengah Segitiga Bermuda. Menurut Prof. Arysio Nunes Dos Santos, dalam bukunya Atlantis, dikatakan bahwa benua Atlantis beserta kebudayaannya berada di kepulauan Indonesia. Tapi bangsa apakah yang hidup di Indonesia pada masa ribuan tahun sebelum masehi ? apakah itu bangsa protomalayan seperti toraja, dayak dan batak ?

Pangea
Benua raksasa Pangea. Pangea atau Pangaea adalah super benua yang ada selama era akhir Paleozoikum dan awal Mesozoikum, terbentuk sekitar 300 juta tahun yang lalu. Mulai retak sekitar 200 juta tahun yang lalu, sebelum komponen benua dipisahkan menjadi konfigurasi mereka saat ini. Lautan global tunggal yang dikelilingi Pangea yang sesuai bernama Panthalassa.

Perang Nuklir Jaman kuno Antara Negeri Atlantis VS Rama

thumbnail
Masa sebelum 4000 SM dianggap sebagai masa pra sejarah dan peradaban Sumeria dianggap peradaban tertua didunia.

Akan selama ini terdapat berbagai diskusi, teori dan penyelidikan mengenai kemungkinan bahwa dunia pernah mencapai sebuah peradaban yang maju sebelum tahun 4000 SM.



Teori Atlantis, Lemuria, kini makin diperkuat dengan bukti tertulis seperti percakapan Plato mengenai dialog Solon dan pendeta Mesir kuno mengenai Atlantis, naskah kuno Hinduisme mengenai Ramayana & Bharatayudha mengenai dinasti Rama kuno, dan bukti arkeologi mengenai peradaban Monhenjo-Daroo, Easter Island dan Pyramid Mesir maupun Amerika Selatan.

Akhir-akhir ini perhatian saja tertuju terhadap sebuah teori mengenai kemungkinan manusia pernah memasuki zaman nuklir lebih dari 6000 tahun yang lalu.

 Peradaban Atlantis di barat, dan dinasti Rama di Timur diperkirakan berkembang dan mengalami masa keemasan antara tahun 30000 SM hingga 15000 SM.

Atlantis memiliki wilayah mulai dari Mediteranian hingga Pegunungan Andes di seberang Samudra Atlantis sedangkan Dinasti Rama berkuasa di bagian Utara India-Pakistan-Tibet hingga Asia Tengah.

Peninggalan Prasasti di Indus, Mohenjo Daroo dan Easter Island (Pasifik Selatan) hingga kini belum bisa diterjemahkan dan para ahli memperkirakan peradaban itu berasal jauh lebih tua dari peradaban tertua yang selama ini diyakini manusia (4000 BC).

Beberapa naskah Wedha dan Jain yang antara lain mengenai Ramayana dan Mahabharata ternyata memuat bukti historis maupun gambaran teknologi dari Dinasti Rama yang diyakini pernah mengalami zaman keemasan dengan tujuh kota utamanya 'Seven Rishi City' yg salah satunya adalah Mohenjo Daroo (Pakistan Utara).

Dari berbagai sumber yang saya pelajari, secara umum dapat digambarkan berbagai macam teori dan penelitian mengenai subyek ini memberikan beberapa bahan kajian yang menarik. Antara lain adalah :

Quote:

- Atlantis dan Dinasti Rama pernah mengalami masa keemasan (Golden Age) pada saat yang bersamaan (30000-15000 BC).
- Keduanya sudah menguasai teknologi nuklir.
- Keduanya memiliki teknologi dirgantara dan aeronautika yang canggih hingga memiliki pesawat berkemampuan dan berbentuk seperti UFO (berdasarkan beberapa catatan) yang disebut Vimana (Rama) dan Valakri (Atlantis).
- Penduduk Atlantis memiliki sifat agresif dan dipimpin oleh para pendeta (enlighten priests), sesuai naskah Plato.
- Dinasti Rama memiliki tujuh kota besar (Seven Rishi's City) dengan ibukota Ayodhya dimana salah satu kota yang berhasil ditemukan adalah Mohenjo-Daroo.
- Persaingan dari kedua peradaban tersebut mencapai puncaknya dengan menggunakan senjata nuklir.
- Para ahli menemukan bahwa pada puing-puing maupun sisa-sisa tengkorak manusia yang ditemukan di Mohenjo-Daroo mengandung residu radio-aktif yang hanya bisa dihasilkan lewat ledakan Thermonuklir skala besar.
- Dalam sebuah seloka mengenai Mahabharata, diceritakan dengan kiasan sebuah senjata penghancur massal yang akibatnya mirip sekali dengan senjata nuklir masa kini.
- Beberapa Seloka dalam kitab Wedha dan Jain secara eksplisit dan lengkap menggambarkan bentuk dari 'wahana terbang' yang disebut 'Vimana' yang ciri-cirinya mirip piring terbang masa kini.
Sebagian besar bukti tertulis justru berada di India dalam bentuk naskah sastra, sedangkan bukti fisik justru berada di belahan dunia barat yaitu Piramid di Mesir dan Amerika Selatan.

Singkatnya segala penyelidikan diatas berusaha menyatakan bahwa umat manusia pernah maju dalam peradaban Atlantis dan Rama. Bahkan jauh sebelum 4000SM manusia pernah memasuki abad antariksa dan teknologi nuklir. Akan tetapi zaman keemasan tersebut berakhir akibat perang nuklir yang dahsyat hingga pada masa sesudahnya, manusia sempat kembali ke zaman primitif hingga munculnya peradaban Sumeria sekitar 4000SM atau 6000tahun yang lalu.

Hingga kini segala sesuatunya memang masih campur aduk antara mitos, sejarah, dan sains tapi setidaknya sebuah benang merah jelas terlihat dan bagi kita yang berpikiran terbuka, segala sesuatunya tentu menyimpan potensi kebenaran dan pencerahan dalam usaha umat manusia memajukan peradaban dengan mencari kunci dari masa lalu.

 Singkatnya segala penyelidikan diatas berusaha menyatakan bahwa umat manusia pernah maju dalam peradaban Atlantis dan Rama. Bahkan jauh sebelum 4000SM manusia pernah memasuki abad antariksa dan teknologi nuklir. Akan tetapi zaman keemasan tersebut berakhir akibat perang nuklir yang dahsyat hingga pada masa sesudahnya, manusia sempat kembali ke zaman primitif hingga munculnya peradaban Sumeria sekitar 4000SM atau 6000tahun yang lalu.

kesimpulan

Ada sesuatu mengenai legenda ttg Advance Civilization yang selalu menggelitik:

1. Jika suatu peradaban sudah highly advanced, tentunya mereka sudah menemukan alat transport yang baik yang bisa membawa mereka untuk menjelajahi seluruh bumi, so, how come, sisa-sisa peradaban ini terbatas di daerah-daerah tertentu saja?

2. Suatu perang nuklir yang dahsyat bisa menjelaskan dengan mudah akan adanya missing link antara budaya tersebut dengan budaya sekarang, tetapi bukankah diperlukan lebih dari satu kali ledakan nuklir untuk menghancurkan secara total satu peradaban. Lalu mengapa tidak ditemukan bekas ledakan tersebut?

Kerajaan Salakanegara Cikal Bakal Kerajaan Nusantara

thumbnail
Sebetulnya, keterangan mengenai Kerajaan Salakanagara ini hampir tidak ada. Tidak ada atau belum ditemukan satu sumber sezaman tentang Salakanagara, baik berupa prasasti, candi, atau naskah, kecuali arca dan berita dari Cina. Satu-satunya keterangan tertulis mengenai kerajaan ini adalah Pustaka Rajya-rajya I Bhumi Nusantara yang ditulis pada abad ke-17 oleh Panitia Wangsakerta.

Sebelum membahas kerajaan ini, marilah kita mengupas perihal naskah Wangsakerta ini. Naskah yang dibuat secara lokakarya atau seminar (gotrasawala) ini masih diperdebatkan keabsahannya sebagai sumber sejarah. Para sarjana sejarah, filologi, dan arkeologi masih berdebat tentang data yang tercantum dalam naskah yang disusun oleh para ahli (mahakawi) “sejarah” dari berbagai pelosok Nusantara. Kitab ini terbagi dalam lima parwa (jilid), dan setiap parwa tersusun atas lima sarga (bab). Selain Pustaka Rajya-rajya I Bhumi Nusantara, terdapat naskah-naskah lainnya yang disusun panitia Wangsakerta, seperti Carita Parahyangan, Nagarakretabhumi, Pustaka Dwipantara, Pustaka Pararawtan I Bhumi Jawadwipa.

 Secara garis besar, Pustaka Rajya-rajya I Bhumi Nusantara membagi Nusantara ke dalam tiga zaman, yakni purwayuga (zaman prasejarah atau nirleka), rajakawasayuga (zaman kejayaan raja-raja), dan dukhabharayuga (zaman kesengsaraan, yakni zaman pejajahan Belanda). Nah, dengan demikian tak ada salahnya bila kita mengetahui hal-ikhwal kerajaan ini, meski belum dapat dijadikan kepastian sejarah.

Menurut pustaka tersebut, Salakanagara merupakan kerajaan pertama di Nusantara yang berlokasi di Jawa Barat bagian barat, daerah Banten. (Jadi, bukan Kutai seperti yang kita percayai selama ini). Pendirinya adalah Dewawarman, bergelar Prabu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapura-sagara. Dewawarman berasal dari negeri India. Oleh Kerajaan Pallawa di India, ia ditugaskan untuk menjadi duta negara ke sebelah barat Pulau Jawa. Ia kemudian menjadi raja kecil di pesisir barat Jawa Barat. Nama Raksagapurasagara kiranya mengingatkan kita pada nama gunung di Pulau Panaitan, tempat di mana ditemukannya sejumlah arca Siwa dan Ganesa, bernama Gunung Raksa.
Setelah tiba di Ujungkulon, Dewawarman menikah dengan Pwahaci Larasati, anak dari kepala desa setempat yang bernama Aki Tirem atau Sang Aki Luhurmulya. Aki Tirem nyatanya berasal dari Swarnabhumi (Sumatera), sementara leluhurnya berasal dari India.

Dewawarman bersama anak buahnya, baik yang berasal dari India maupun penduduk pribumi, harus senantiasa menjaga ketertiban dan keamanan wilayahnya. Bandar-bandar yang terletak di tepi laut atau di muara sungai itu sering dijambangi perompak. Diceritakan, pada suatu hari ada perahu perompak yang nekad berlabuh sehingga perahu mereka dikepung oleh pasukan Dewawarman. Berlangsunglah pertempuran yang alot. Sebanyak 37 orang perampok mati terbunuh, sedangkan yang tertawan atau luka-luka sebanyak 22 orang. Perompak yang tertawan lalu dihukum gantung. Sementara itu, Aki Tirem memeroleh perahu lengkap dengan senjata dan perlengkapannya. Sebagai perwujudan terima kasih, Aki Tirem mengadakan utsarwakarma atau upacara jamuan lengkap dengan pertunjukan kesenian. Singkat cerita, para anak buah Dewawarman menikah dengan pribumi setempat dan beranak-pinak di sana.

Tatkala Aki Tirem sakit parah, ia menyerahkan daerah kekuasaannya kepada Dewawarman, menantunya. Setelah Aki Tirem wafat, Dewawarman segera mengumumkan berdirinya kerajaan Hindu di Ujungkulon bernama Salakanagara. Pwahaci Larasati pun menjadi permaisuri dengan gelar Dewi Dhwanirahayu.
Disebutkan dalam pustaka tersebut, Dewawarman (disebut juga Dewawarman I) memerintah tahun 130-168 Masehi. Keterangan ini tak bertentangan dengan kronik (berita) Cina yang menyebutkan bahwa pada tahun 132 M di wilayah Jawa bagian barat ada raja bernama Pien dari Kerajaan Ye-tiao. Pien merupakan nama Cina untuk Dewawarman, sedangkan Ye-tiao lafal Cina untuk Jawadwipa. Keterangan tertulis lain tentang keberadaan Salakanagara (yang berarti “Kota Perak” atau disebut juga Rajatapura) adalah catatan ahli geografi Yunani Kuno bertahun 150 M, Ptolemeus. Ia menulisnya dengan nama Argyre.

Wilayah Salakanagara meliputi daerah Jawa Barat bagian barat, termasuk semua pulau yang terletak di sebelah barat Pulau Jawa, dan laut yang membentang antara Jawa dan Sumatra. Karena letaknya strategis, Salakanagara merupakan tempat perahu dagang berlalu-lalang dari arah barat ke timur dan sebaliknya. Maka dari itu, perahu-perahu tersebut mau tak mau harus singgah di sana dan menghadiahkan persembahan/upeti kepada raja (semacam pajak). Sebagai imbalannya, perahu tersebut mendapat perlindungan dari raja. Sebaliknya, para perompak dan pengacau keamanan akan ditindak keras: perahu mereka dirampas, perompaknya dihukum gantung!

Dari pernikahannya dengan Pwahaci Larasati, Dewawarman memiliki beberapa anak. Satu di antaranya anaknya kemudian menggantikannya menjadi raja, yakni yang bergelar Prabu Digwijayakasa Dewawarman (Dewawarman II) yang memerintah tahun 168-195 M. Dewawarman pun memiliki istri lain seorang putri Pallawa yang meninggal di negerinya;

Lembah Emas sejak zaman Megalitikum di Indonesia

thumbnail
Mungkin tidak akan pernah ada habisnya membicarakan kekayaan alam Indonesia. Banyaknya kandungan bahan tambang berharga inilah yang memancing negara lain untuk berniat menguasai Indonesia. Tahukah sobat tentang Lembah Emas sejak zaman Megalitikum di Indonesia? Lembah-lembah tersebut menghampar di sepanjang Bukit Barisan dan dikenal karena kesuburannya. Lembah ini saling menyambung seolah-olah garis memanjang membelah Pulau Sumatera. Benarkah lembah tersebut merupakan lembah emas??..

Dimulai dari Lembah Semangko di Lampung, menyambung ke Suoh, Kepahiang, Ketahun, Kerinci, Muaralabuh, Singkarak, Maninjau, Rokan Kiri, Batang Gadis, Angkola, Alas, Tangse, Seulimeum, hingga Banda Aceh.

Dikelilingi gunung-gunung api tua, 11 di antaranya masih aktif, lembah-lembah ini merupakan tempat mengendapnya abu vulkanis yang kaya unsur hara. Air berlimpah dan sebagian terbendung dalam cekungan yang terbentuk akibat gerakan tanah ataupun karena letusan gunung api purba.


Quote:
Danau-danau pun tercipta :
lima danau di Suoh dan Danau Ranau (Lampung), Danau Kerinci (Jambi), Danau Singkarak, Danau Diatas, dan Danau Dibawah (Sumatera Barat), Danau Toba (Sumatera Utara), serta Danau Laut Tawar (Aceh).
Deretan lembah itu juga kaya dengan air panas alami dan menyimpan energi panas bumi. Berdasarkan hasil penelitian F Junghun (1854), USGS menyebutkan, sedikitnya terdapat 23 sumber air panas di sepanjang lembah Bukit Barisan yang berpotensi menghasilkan energi panas bumi. Survei yang dilakukan Geothermal Energy New Zealand Ltd pada 1986 bahkan menemukan 37 sumber air panas.

Tak hanya itu. Berimpit dengan deretan lembah, mengular "sabuk emas" yang memasyhurkan Sumatera sebagai Svarnadwipa. Kata dari bahasa Sanskerta itu berarti "Pulau Emas" seperti tertera dalam Prasasti Nalanda yang dipahat pada tahun 860 Masehi.


William Marsden, dalam bukunya, History of Sumatera (1783), menyebutkan, Sumatera pernah diduga sebagai Ophir, tempat armada Solomon (Sulaiman) mengambil muatan emas dan gading. Meski dugaan tentang Ophir menurut Marsden tak berdasar, pulau ini memang penghasil emas tiada tara.
Logam mulia ini, terutama ditemukan di kawasan tengah pulau di sepanjang Bukit Barisan seperti di Martabe, Bangko, Rawas, Lebong, dan Natal. Minangkabau dianggap sebagai daerah terkaya sehingga Belanda banyak mendirikan loji di Padang.

Menurut Marsden, di daerah Minangkabau saja terdapat tidak kurang dari 1.200 lokasi tambang emas.

"Sebanyak 283.000 gram-399.600 gram setiap tahun tersimpan di Padang, di pasar bebas, atau di tangan perseorangan. Sementara itu, kira-kira 28.000 gram dipasarkan di Nalabu, di Natal kira-kira sebanyak 23.000 gram, dan di Mukomuko 17.000 gram," tulis Marsden.

TM Van Leuwen memberikan gambaran lebih komplet soal produksi logam mulia dari Sumatera. Dalam tulisannya di Journal of Geochemical Exploration, edisi ke-50, 1994, dia memperkirakan, total emas yang dikeruk dari Sumatera sejak eksplorasi Belanda hingga 1994 mencapai 91 ton dan perak sebanyak 937 ton.

Jauh sebelum Belanda datang dan mengeruk emas dari Sumatera, perdagangan emas dari pulau ini sudah berlangsung lama. Dalam buku Barus Seribu Tahun yang Lalu (2003), Marie-France Dupoizat dan Daniel Perret menyebutkan, pengelana Tome Pires pada awal abad ke-16 mencatat bahwa emas diperdagangkan di seluruh pelabuhan di Sumatera, terutama di Barus.

Pelabuhan tua di pantai barat Sumatera Utara ini telah disebutkan dalam karya Ptolomeus, Geographia, yang ditulis pada abad ke-2 Masehi.
Selain mencari kapur barus, para pedagang dari berbagai negara juga memburu emas yang banyak diperdagangkan pribumi di pelabuhan ini. Logam mulia ini diduga dibawa dari sungai-sungai yang berhulu di sekitar Bukit Barisan.


Dengan segenap kelimpahan daya hidup, tak mengherankan jika lembah-lembah ini telah lama menarik manusia untuk menetap di sana. Jejak kebudayaan batu besar atau megalitikum yang tersebar luas di sepanjang lembah ini menjadi bukti bahwa manusia purba telah bermukim di sana.

Arkeolog dari Balai Arkeologi Palembang, Tri Marhaeni S Budisantosa, mengatakan, temuan megalitik di Pulau Sumatera kebanyakan tersebar di lembah-lembah sepanjang Bukit Barisan, mulai dari Liwa di Lampung hingga di sekitar Kerinci di Jambi.

"Misalnya, megalitik di Kerinci dan Merangin ditemukan sejajar dengan Bukit Barisan sepanjang 80 km," katanya.


Ilustrasi

Di wilayah tersebut telah ditemukan 21 megalitik berbentuk silinder, serta satu buah megalitik berbentuk bulat. Selain itu, ditemukan juga enam kompleks kubur tempayan. "Mereka memilih daerah ini, terutama karena tanahnya subur, cocok buat bercocok tanam."

Banyaknya batuan andesit, jenis batuan vulkanik, yang merupakan bahan baku megalitik, turut mendukung tumbuh suburnya kebudayaan tua ini di sekitar lembah Kerinci dan Merangin. Selain itu, dataran tinggi yang dikepung perbukitan ini juga sangat cocok untuk mengembangkan sistem keyakinan mereka. Para pendukung kebudayaan megalitik ini percaya, gunung-gunung tinggi merupakan tempat bersemayam arwah nenek moyang.

Budi Wiyana, sejawat Budi di Balai Arkeologi Palembang, juga menyebutkan alasan yang sama dengan ditemukannya sebaran situs megalitik di Lahat dan Pagar Alam, Sumatera Selatan.

"Manusia menghuni daerah ini karena subur, dan alasan praktis lain seperti dekat dengan sumber air yang melimpah dan bahan baku batuan beku andesit," kata Budi Wiyana.

Menurut Budi, tradisi megalitik yang ditemukan di kawasan ini sangat lengkap, mulai dari dolmen, menhir, arca, arca menhir, teras berundak, lumpang batu, batu dakon, dan batu datar. Berbagai peninggalan megalitik ini membuktikan bahwa kawasan itu telah dihuni manusia setidaknya sejak 2.500 tahun sebelum Masehi.

Siang itu, Budi menunjukkan deretan batu-batu besar berbentuk meja (dolmen) yang bergeletakan di persawahan menghijau di Tegurwangi, Pagar Alam. Di dekatnya terdapat empat batu besar berukir yang masing-masing mengggambarkan orang tengah mengendarai gajah.

Selain menunjukkan kemajuan budaya saat itu, berupa kemampuan menjinakkan gajah, batu berukir juga membuktikan bahwa masyarakat zaman itu sudah mengenal pengecoran logam. "Untuk membuat ukiran di batu itu, hampir dipastikan menggunakan logam," jelas Budi.

Batu-batu raksasa juga ditemukan di rimbun perkebunan kopi milik Robinson (64) di Desa Tanjung Batu, Keca Tanjung Sakti, Kabupaten Lahat. Batu dolmen berukuran panjang sekitar 2 meter dan lebar 1 meter itu ditumpukkan di atas batu-batu kecil di keempat sudutnya.

Quote:
Di Desa Pajarbulan, Kecamatan Tanjung Sakti, Kabupaten Lahat, peninggalan megalitik ditemukan di pekarangan belakang rumah warga. Batuan ini biasa disebut warga sebagai batu tiang enam. Arkeolog menyebutnya batu tetralit.

Kegunaan tetralit masih menjadi perdebatan para ahli. "Beberapa ahli berpendapat, tetralit merupakan landasan atau umpak tiang rumah," kata Budi. Pendapat ini muncul karena di ujung atas tiang batu itu ada semacam cerukan yang diperkirakan untuk meletakkan tiang rumah.

Manusia tinggal di dalam gua-gua di tebing Mustang Nepal.

thumbnail
Selama ribuan tahun, manusia tinggal di dalam gua-gua di tebing Mustang, Nepal. Kini, hanya beberapa gua yang masih ditinggali, biasanya oleh penduduk miskin atau orang jompo, salah satunya adalah Pema Dolma, 78. Inilah foto-foto kehidupan sehari-harinya.



Pema Dolma, 78, menyiapkan lilin doa di rumahnya di dalam tebing.


Pema Dolma, 78, minum air panas untuk menenangkan perutnya yang sering sakit.


Pema Dolma, 78, berdoa di rumahnya.


Pema Dolma, 78, dikunjungi oleh tetangganya yang khawatir dengan kondisi kesehatannya.


Pintu masuk ke rumah gua Pema Dolma.


Seorang tetangga membantu Pema Dolma, 78, minum obat di rumahnya di Chosher, Nepal.


Pemandangan tebing, stupa, dan reruntuhan di Chosher, Nepal,.


Banyak rumah-rumah gua di Nepal yang sudah ditinggalkan dan diubah jadi kadang hewan atau tempat penyimpanan jerami.


Tebing di Chosher, Nepal.

Warga Yahudi sudah sejak kolonial Belanda banyak berdiam di Indonesia

thumbnail
Pada abad ke-19 dan 20 serta menjelang Belanda hengkang dari Indonesia, ada sejumlah Yahudi yang membuka toko-toko di Noordwijk (kini Jl Juanda) dan Risjwijk (Jl Veteran) — dua kawasan etlie di Batavia kala itu — seperti Olislaeger, Goldenberg, Jacobson van den Berg, Ezekiel & Sons dan Goodwordh Company.

Mereka hanya sejumlah kecil dari pengusaha Yahudi yang pernah meraih sukses. Mereka adalah pedagang-pedagang tangguh yang menjual berlian, emas dan intan, perak, jam tangan, kaca mata dan berbagai komoditas lainnya.

Pada tahun 1930-an dan 1940-an jumlah warga Yahudi di Jakarta banyak. Jumlahnya bisa mencapai ratusan orang. Karena mereka pandai berbahasa Arab, mereka sering dikira keturunan Arab.

Di masa kolonial, warga Yahudi ada yang mendapat posisi tinggi di pemerintahan. Termasuk gubernur jenderal AWL Tjandra van Starkemborgh Stachouwer (1936-1942). Kaum Yahudi di Indonesia memiliki persatuan yang kuat. Setiap Sabat (hari suci umat Yahudi), mereka berkumpul bersama di Mangga Besar, yang kala itu merupakan tempat pertemuannya.

Pada 1957, ketika hubungan antara RI-Belanda putus akibat kasus Irian Barat (Papua), tidak diketahui apakah seluruh warga Yahudi meninggalkan Indonesia. Konon, mereka masih terdapat di Indonesia meski jumlahnya tidak lagi seperti dulu. (sumber)

Kisah Juragan Yahudi Pertama di Jakarta

Banyak hal unik dan menarik yang tersimpan dalam sejarah bangsa Indonesia. Salah satunya adalah kedatangan orang Yahudi ke Jakarta yang ternyata telah ada sejak zaman penjajahan dulu.



Seperti yang diceritakan mengutip dari sebuah buku '9 Dari 10 Kata Bahasa Indonesia Adalah Asing' menyebut bahwa pada masa penjajahan Belanda, ada banyak warga Yahudi yang datang ke Indonesia. Sebagai kaum yang tersebar di berbagai belahan dunia, tidak sedikit dari mereka yang sukses menapaki karir di Indonesia lewat jalur berdagang.

Tercatat, salah satu kaum Yahudi yang paling pertama diketahui tiba di Jakarta adalah Lendeert Miero. Pria yang memiliki nama asli Juda Leo Ezikiel ini diketahui berasal dari satu wilayah yang sekarang menjadi Ukraina.

Sepanjang hidupnya, Miero dikenal sebagai juragan yang sangat kaya. Bahkan lebih kaya ketimbang kaum Yahudi lain di masanya. Meski begitu, kondisi itu tidak didapatkan secara instan.

Diceritakan, Miero pertama kali datang ke Indonesia tahun 1775 sebagai seorang yang miskin karena hanya menjadi prajurit kecil untuk kerajaan Hindia Belanda.

Saat itu, Miero menyembunyikan identitasnya sebagai bangsa Yahudi. Pasalnya Belanda yang kala itu dinakhodai oleh dua perusahaan eksplotasi terbesarnya, the Dutch East India Company (VOC) dan the Dutch West Indian Company (WIC), melarang adanya bangsa Yahudi untuk bekerja.

Kondisi tersebut disembunyikan oleh Miero selama puluhan tahun hingga pada akhirnya, di tahun 1728, Miero membongkar identitasnya tepat setelah Belanda mengijinkan orang Yahudi berkongsi dalam perekonomian dan pemerintahan mereka.

Sejak saat itu, nasib Miero mulai berubah drastis. Ia mulai membangun kerajaan bisnisnya dengan menjadi seorang juragan emas sekaligus rentenir di Batavia. Ia memiliki toko di Molenvliet West (sekarang menjadi Jl. Gajah Mada) Jakarta Pusat dan satu rumah mewah (kini menjadi gedung arsip nasional).

Layaknya seorang rentenir, sikap dan perilaku Miero yang cenderung judes dan kejam tidak disukai warga Batavia. Menurut catatan di buku tersebut, istilah kata 'judes' sendiri sebenarnya disebabkan oleh kebencian warga terhadap Miero. Kata judes disebut berasal dari kata 'Judas' yang memang identik dengan orang Yahudi.

Meski begitu, kerajaan bisnis Miero terus berkembang. Dari hasil berdagang, ia berhasil membeli sebidang tanah luas di Pondok Gede lengkap dengan rumah besar yang dibangun oleh pemilik pertamanya, Johannes Hooyman. Konon nama wilayah Pondok Gede itu sendiri berasal dari rumah tersebut.

Miero meninggal pada usia 79 tahun atau tepatnya pada tahun 1834. Dia kemudian dimakamkan di tanah miliknya di dekat Pondok Gede yang dimilikinya. Makamnya kemudian dibongkar dan dijadikan rumah hunian penduduk. Bahkan nisannya ikut dicongkel untuk bahan pembuatan bangunan. Kini tempat Pondok Gede telah bergandi menjadi pusat pertokoan Mall Pondok Gede I dan II.

Sumber : http://forum.viva.co.id/sosial-dan-budaya/1652417-sejarah-warga-yahudi-di-jakarta.html

Artefak Terkait Sejarah Lemurian Atlantis Di Indonesia

thumbnail
Sudah bukan rahasia lagi bahwa sangat banyak teori dan sejarah yang merupakan produk konspirasi. Yaitu suatu hal yang diyakini kebenarannya tetapi dengan melakukan seleksi terhadap bukti-bukti yang ada. Bukti-bukti yang mendukung teori itu akan dibesar-besarkan dan dipublikasikan secara luas, tetapi bukti-bukti yang berlawanan akan disembunyikan bahkan dilenyapkan.

Seiring dengan perkembangan jaman dimana pakar teknologi dan ilmu pengetahuan tidak lagi hanya berasal dari golongan tertentu. Munculnya tokoh-tokoh atheis dan kaum revolusioner yang benar-benar berorientasi ilmiah dan tidak terikat oleh dogma agama, melahirkan karya-karya dan penemual spektakuler yang mengatakan suatu yang benar sebagai kebenaran dan yang salah sebagai kesalahan.


Quote:
Beberapa penemuan-penemuan ilmiah yang berpotensi menghancurkan teori mapan yang ada saat ini salah satunya adalah kontroversi seputar teori evolusi Darwin. Sebagaimana sudah saya tuliskan dalam artikel sebelumnya, para tokoh yang pro darwin berusaha melakukan seleksi terhadap penemuan-penemuan fosil dan arkeologi yang ada. Mereka juga mengindahkan beberapa teori-teori baru guna mempertahankan teori mereka.
Menurut pemahaman saat ini, waktu bergerak ke depan secara linear (garis lurus).Ia berawal sejak terjadi “Big Bang” yang menjadi sebab adanya alam dunia. Berdasarkan konsep ini, maka kehidupan bermula dari makhluk-makhluk hidup sederhana ber-sel satu yang muncul dari senyawa kimiawi awal (primordial chemical soup) unsur-unsur materi alam fana. Melalui proses evolusi selama jutaan tahun, makhluk-makhluk sederhana itu berubah menjadi ber-aneka jenis makhluk yang dikenal sekarang. Mengenai makhluk manusia, dikatakan ia berasal dari monyet yang berturut-turut ber-evolusi menjadi makhluk-makluk sebagaimana tercantum pada daftar dibawah ini. Jadi menurut pandangan saat ini, peradaban manusia baru mulai berkembang sejak 40.000 tahun yang lalu. Dikatakan bahwa sebelum masa itu tidak ada manusia beradab hidup di muka Bumi.

Jadi menurut Veda, peradaban manusia muncul dan lenyap berulang-kali dalam perjalanan sang waktu sejak alam material tercipta. Dikatakan bahwa peradaban manusia pada masa Kali-Yuga sekarang adalah peradaban terkasar, terrendah dan terkebelakang karena dilandasi kesadaran yang didominasi sifat alam rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan).

Quote:
Dengan kata lain, peradaban manusia modern Kali-Yuga sekarang adalah peradaban paling rendah karena berpondasi avidya, kegelapan spiritual. Manusia beranggapan bahwa materi adalah asal-mula segala sesuatu dan juga sumber kebahagiaan.
Bukti-bukti yang mendukung tentang siklus waktu yang dipaparkan dalam Veda dapat kita temukan dalam semua peradaban suku bangsa kuno (China, Persia, Mesir, India, Yunani dan suku-suku Indian Inca, Aztek dan Maya, dan sebagainya) menyatakan bahwa perjalanan sang waktu bersiklus. Plato dan Aristoteles berkata bahwa peradaban manusia telah muncul dan lenyap berkali-kali dimasa silam dalam perjalanan sang waktu.Dalam bukunya berjudul “Critias”, Plato mengutip kata-kata seorang pandita Mesir kepada Solon, “Banyak peradaban telah lenyap dimasa lalu, dan nanti akan terjadi lagi kehancuran peradaban manusia karena berbagai sebab”. Menurut Veda, peradaban manusia hancur karena sifat rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan) mendominasi kesadaran penduduk sehingga mereka berperangai buruk dan jahat (asuri-sampad).

Quote:
Semuanya adalah bukti bahwa manusia beradab telah pernah hidup di Bumi ratusan ribu dan bahkan jutaan tahun yang lalu.
Orang-orang modern pada jaman Kali Yuga amat bangga dengan pengetahuan material dan teknologi miliknya. Mereka tidak sadar bahwa pengetahuan materialnya amatlah terbatas dan teknologinya adalah jenis paling kasar.

Untuk bepergian dan bekerja, manusia modern Kali-Yuga membuat beraneka-macam sarana transport dan peralatan bekerja dari besi dan berbagai jenis logam lain. Pada masa Yuga-Yuga sebelumnya (Satya, Treta dan Dvapara-Yuga), teknologi penduduk lebih halus. Sebab mereka mampu memanfaatkan unsur materi akasa (ether), udara (vayuh), api (nalah) dan air (apah) sebagai sarana bepergian dan bekerja. Bahkan pada masa Satya Yuga, orang-orang mampu memanfaatkan pikiran (manah) untuk bepergian dan bekerja.

Quote:
Menurut orang-orang Koptik Mesir, piramid adalah perwujudan pengetahuan tentang “kekuasaan Tuhan”. Ia dimaksudkan untuk bisa dibaca kelak oleh mereka yang mampu membacanya agar mereka mengetahui kehidupan manusia jaman purba.
Semua piramid itu dibangun di tempat-tempat tertentu yang (menurut pemikiran para (akhli) terkait dengan hal-hal astronomik seperti posisi planet dan matahari serta bulan beserta orbitnya masing-masing, rasi bintang, bintang-bintang tertentu dan juga kekuatan alam seperti daya medan magnet, arus dan tekanan udara.

Di pulau Paskah Pasific ditemukan patung-patung raksasa. Yang mengherankan adalah dimana dan bagaimana patung-patung ini yang beratnya berton-ton dibuat dan terus dibawa ke pulau terpencil ini?

Di lembah Besoa dan Bada Sulawesi Tengah (Indonesia) juga ditemukan patung-patung batu besar yang asal-usulnya tidak jelas.


Pada tahun 1968 di lokasi kuno bernama El Euladrillado (Chili) yaitu suatu puncak bukit yang dikelilingi jurang dan ngarai nan curam, ditemukan bangunan ampiteater yang terbuat dari 233 batu besar persegi empat masing-masing beratnya 10 ton. Panjang ampiteater ini 3 km (ter-masuk jalan ke lokasi) dan lebarnya 0,8 km. Ditengah-tengahnya berdiri 3 tonggak batu masing-masing ber-diameter 1 – 1,5 m. Dua tonggak tepat menunjukkan arah utara-selatan bila matahari sedang bersinar diatasnya.

Pada tahun 1965 Juan Moricz menemukan terowongan bawah tanah yang membentang antara Equador dan Peru sepanjang ribuan km. Pada dindingnya terdapat lukisan dinosaurus yang (menurut para pakar Antropologi) dikatakan telah punah 135 jt tahun yang lalu. Terowongan ini berupa dua sistem goa yang saling berhubungan.

Quote:
Diperkirakan terowongan-terowongan ini membentuk jaringan lorong bawah tanah untuk bepergian ke planet-planet lain.
Diperkirakan benua Antartika telah tertutup es selama lebih dari 6.000 tahun yang lalu. Ini berarti peta Peri Reis dibuat sebelum ada catatan tentang sejarah manusia modern. Diperkirakan peta tsb. dibuat ketika peradaban Atlantean sedang berkembang.

King Jaime World Chart 1502 adalah copy peta-peta kuno yang lebih tua. Ia memperlihatkan bahwa dimasa silam gurun sahara adalah daratan subur dengan banyak sungai dan danau indah, dan banyak kota-kota besar nan megah.Peta Buoche world 1737 adalah copy dari peta Yunani purba. Peta ini memperlihatkan benua Antartika tanpa tertutup es dan terdiri dari dua pulau besar yang di-pisahkan oleh lautan. Padahal menurut catatan sejarah modern, Antartika baru secara resmi ditemukan tahun 1820. Dan bahwa Antartika terdiri dari dua pulau besar baru diketahui tahun 1958 bertepatan dengan tahun Geofisika.

Suku-suku bangsa kuno itu juga telah mengenal konstelasi/rasi bintang seperti rasi Scorpio (yang hanya bisa dilihat dengan telescop amat kuat atau canggih).Sungguh mengherankan, peradaban suku-suku bangsa kuno (sebelum jaman keemasan Yunani Purba dan Romawi) telah begitu maju. Sebab mereka telah memiliki pengetahuan astronomi dan matematika tinggi, perhitungan waktu, ukuran Bumi dan pengetahuan tentang sistem tata surya. Mereka telah memiliki semua pengetahuan tinggi itu jauh dimasa silam yang baru diketahui oleh manusia modern sekitar 1 – 2 abad terakhir ini.

Tembok Salju Besar di Jepang

thumbnail
Rute Tateyama Kurobe Alpen, merupakan jalan yang menjadi rute wisata gunung yang menakjubkan dengan jalan yang berliku-liku. Rute ini dimulai dari Stasiun Tateyama di Prefektur Toyama, milik perusahaan setempat Toyama-Chiho Railway, menembus tengah-tengah Pegunungan Alpen Jepang Bagian Utara, hingga ke tujuan akhirnya, yaitu Omachi di Prefektur Nagano. Anda dapat menikmati pemandangan pegunungan berketinggian 3.000 meter yang luar biasa indah ini, dengan menggunakan trem, bus, kereta gantung, dan trolley bus (bus listrik).












Bali dan Mayan Dua Budaya Kuno Kembar di Dua Sisi Samudra Pasifik

thumbnail
Salah satu teka-teki arkeologi terbesar dan salah satu kelalaian-akademik sepanjang waktu kita adalah kisah yang tak terhitung dari reruntuhan paralel yang ditinggalkan oleh dua peradaban kuno yang tampaknya tidak berhubungan: bangsa Maya kuno di salah satu sisi Samudera Pasifik dan Bali kuno di lainnya. Kesamaan yang misterius dan tidak dapat dengan mudah dijelaskan tampak dalam arsitektur mereka, ikonografi, dan agama yang begitu mencolok dan mendalam, sehingga kemungkinan besar bangsa Maya dan Bali tampaknya adalah peradaban kembar – seolah-olah merupakan anak-anak dari orangtua yang sama. Namun, hebatnya, misteri ini tidak hanya diabaikan oleh para sarjana Amerika, bahkan disembunyikan.

 Dengan mengontrol lembaga akademis dan media massa utama, kelompok elit, yang jauh lebih kaya dari keluarga perusahaan kuat, berhasil menyembunyikan kebenaran historis dan spiritual kuno masa lalu kita. Tujuan kelompok ini adalah untuk mempertahankan suatu sistem global rahasia dari tirani ekonomi dan politik yang nenek moyang mereka dirikan lebih dari satu abad yang lalu, yang pernah disebut sebagai ” Pemerintahan Terselubung ” oleh para pemimpin Amerika yang berpengaruh.

Lebih khusus lagi, elit ini yang menyembunyikan fakta bahwa pernah ada masa peradaban “Golden Age” yang sangat-canggih di bumi dalam prasejarah yang terpencil. Inilah peradaban Golden Age yang berakhir dengan tiba-tiba, tetapi tetap meninggalkan doktrin spiritual yang kuat & canggih, yang kemudian diwarisi oleh peradaban pertama dunia yang dikenal, yang kesemuanya adalah anak dari Zaman Emas.

Budaya pertama di dunia inilah yang mewarisi dan mempraktekkan “Agama Universal” melalui proses sekarang secara akademis disebut tabu “hyperdiffusionism“, sebuah istilah abad ke-20 baru-baru ini yang diciptakan oleh media dan merendahkan secara akademis.


Quote:
“Hyperdiffusionism – adalah teori bahwa semua kebudayaan itu berasal dari satu kebudayaan induk [Golden Age] . Para penganut Hyperdiffusionists menyangkal bahwa telah terjadi evolusi paralel atau penemuan independen yang terjadi pada setiap sebagian besar peradaban sepanjang sejarah, mereka mengklaim bahwa … semua budaya dapat ditelusuri kembali ke budaya tunggal. “- Wikipedia
Artikel ini berhubungan satu contoh hyperdiffusionism di masa lalu yang kuno. Ini adalah pandangan yang mengungkapkan bagaimana kebudayaan kuno bangsa Maya, peradaban yang sangat maju yang berkembang di Semenanjung Yucatán di Meksiko tenggara, adalah secara misterius mirip (punya kesamaan) secara paralel dengan budaya di sisi lain dari dunia, yaitu Kebudayaan Bali kuno, yang berkembang pada pulau kecil Bali- Indonesia di Asia Tenggara. Apa yang akan Anda lihat adalah bukti dari keberdaan Agama Universal di kedua sisi Samudera Pasifik, tampaknya diturunkan oleh Peradaban Zaman Emas (Golden Age) yang sama.

Para sarjana yang mapan mengatakan bangsa Maya dan orang Bali tidak pernah berhubungan, karena mereka dipisahkan oleh Samudera Pasifik, yang menurut para ahli tak dapat dilewati oleh oleh orang zaman dahulu. Namun para sarjana ini tidak pernah menawarkan untuk menjelaskan kesejajaran yang mendalam dari dua budaya yang sama.

Berikut adalah 12 contoh dari persamaan:

1 – Piramida BERUNDAK (Dengan Candi di puncaknya)


BALI (KIRI): Panggung terakhir dari Candi Besakih, atau Pura Besakih, yang disebut Tangga Ke Surga, adalah yang paling penting, yang merupakan kuil piramida terbesar dan paling suci di Bali, Indonesia, dan salah satu dari serangkaian candi Bali. Pura ini mempunyai anak tangga ber-terasering dengan hiasan patung ular naga kembar yang menjulur sepanjang anak-anak tannganya. Pada anak tangga terbawah mulut mereka terbuka.

MAYAN (KANAN): Ini piramida melangkah, disebut Bait Allah Imam Besar atau Ossuary, memiliki empat sisi dengan tangga di setiap sisi. Sisi-sisi tangga yang dihiasi dengan ular berbulu berlapis. Pilar yang berhubungan dengan bangunan ini adalah dalam bentuk ular berbulu Toltec dan tokoh manusia.

2 – Twin Dragons / Ular Naga Kembar Mengawal sisi tangga naik pura


BALI (KIRI): Tahap terakhir dari Pura Besakih disebut Stairway to Heaven, dan terbuat dari kembar ular / naga langkan yang berjalan di sepanjang penuh tangga. Di bagian bawah tangga mulut mereka terbuka.

MAYAN (KANAN): Piramida dari El Castillo fitur ular berbulu yang berjalan menuruni sisi pagar utara. Di bagian bawah tangga mulut mereka terbuka. Selama ekuinoks musim semi dan musim gugur, matahari sore bersinar dari sudut barat laut piramida dan melemparkan serangkaian bayangan segitiga terhadap pagar barat laut, yang menciptakan ilusi “merangkak” ular berbulu bawah piramida.

3 – Arsitektur Lengkung Corbel Suci


BALI (KIRI): Ini lengkungan konsol dari kompleks candi di Ubud dibangun oleh offsetting tumpukan berurutan dari batu (atau batu bata) di springline dinding sehingga mereka terproyeksikan terhadap pusat gerbang lengkung dari setiap sisi pendukung, sampai tumpukan bertemu di puncak atap melengkung itu. Seringkali, kesenjangan terakhir dijembatani dengan batu datar.

MAYAN (KANAN): terkenal di seluruh arsitektur Maya adalah lengkungan konsol, yang mengarahkan berat off dari ambang pintu dan ke tulisan pendukung. Kubah konsol memiliki batu kunci tidak ada, seperti lengkungan Eropa lakukan, membuat kubah Maya tampak lebih seperti sebuah segitiga sempit dari sebuah gerbang. Seringkali, kesenjangan terakhir dijembatani dengan batu datar.

Terkenal abad ke-19 Mayanis Augustus Le Plongeon, yang sejak itu telah didiskreditkan karena gagasan hyperdiffusionist bahwa kebudayaan pertama di dunia adalah anak-anak dari sebuah peradaban yang jauh lebih tua bernama Atlantis, percaya bahwa universalitas lengkungan konsol di jaman purbakala adalah bukti kuat hyperdiffusionism:

Quote:
“… Augustus Le Plongeon, sebuah Mayanis perintis, yang terkenal karena telah membuat dokumentasi awal fotografi yang menyeluruh dan sistematis dari situs arkeologi di Yucatan …

… Untuk Le Plongeon, bukti yang paling penting dari difusi budaya adalah lengkungan corbelled suku Maya. Lengkungan … ia percaya, memiliki proporsi yang terkait dengan “angka mistik 3.5.7″ yang katanya digunakan oleh ahli bangunan kuno Masonik … Mereka proporsi yang sama, ia juga mencatat, ditemukan di makam di Kasdim dan Etruria, dalam bahasa Yunani kuno struktur dan sebagai bagian dari Piramida Besar di Mesir …

Sepanjang tulisannya, termasuk “Asal Usul orang Mesir” diterbitkan secara anumerta pada tahun 1913, ia membandingkan Maya modern dan kuno dan etnografi Mesir, linguistik, ikonografi dan praktik keagamaan … Dia pada dasarnya di jalur yang benar secara metodologis, dan dia membuat sejumlah menarik pengamatan dan analogi … “

-Lawrence G. Desmond, Augustus Le Plongeon: Rahmat Arkeologi yang jatuh
4 – Wajah paralel “menakutkan” Dewa Pada pintu masuk pura


BALI (KIRI): Perhatikan wajah, tangan kanan, tangan kiri, dan kaki kiri. Ini dewa mencari menakutkan Bali menandai pintu masuk ke kuil Bali. Dia memiliki obor di tangan kiri, gigi taring besar dan, rambut panjang, jenggot, dan ekspresi ketakutan. Dalam foto bawah Anda dapat melihat titik kirinya kaki keluar ke kiri sementara tangan kanannya adalah kikir tepat di bawah dada, siku luar mirip dengan foto Maya.

MAYAN (KANAN): Perhatikan wajah, tangan kanan, tangan kiri, dan kaki kiri. Ini tampak menakutkan “howler monkey dewa” Patung menandai pintu masuk ke kuil Maya.Para howler monkey dewa adalah dewa utama dari seni-termasuk musik-dan pelindung dari pengrajin di antara suku Maya Klasik, terutama ahli-ahli Taurat dan pematung. Dia memegang obor di tangan kirinya, memiliki gigi sangat besar, rambut panjang, jenggot, dan ekspresi ketakutan. Dalam foto bawah Anda dapat melihat titik kaki kirinya ke luar ke kiri sementara tangan kanannya adalah kikir tepat di bawah dada, siku luar mirip dengan foto Bali.

5 – patung Batu Ular


BALI (KIRI): ular Bali diukir dalam batu menonjol dari sisi candi. Ular adalah salah satu simbol mitologis tertua dan paling luas, melainkan menunjukkan kesuburan atau daya hidup kreatif. Seperti ular berganti kulit mereka melalui molting, mereka adalah simbol dari kelahiran kembali, transformasi, keabadian, dan penyembuhan. The ouroboros adalah simbol keabadian dan pembaharuan terus-menerus hidup.

MAYAN (KANAN): ular Maya diukir dalam batu menonjol dari sisi candi. Ular adalah simbol sosial dan keagamaan yang sangat penting, dihormati oleh bangsa Maya.Penumpahan kulit mereka membuat mereka menjadi simbol kelahiran kembali dan pembaharuan. Para Mesoamerika kepala dewa, Quetzalcoatl, diwakili sebagai ular berbulu. Ular Visi juga penting. Selama ritual Maya peserta akan mengalami visi di mana mereka berkomunikasi dengan leluhur atau dewa. Visi ini mengambil bentuk ular raksasa yang berfungsi sebagai pintu gerbang ke alam roh. Leluhur atau dewa yang dihubungi digambarkan sebagai muncul dari mulut ular.

Zaman Es di Bumi Baru Dimulai

thumbnail
Ilmuwan tengah meneliti dan memperingatkan umat manusia berbagai kemungkinan tentang zaman es dimuka bumi sedang berjalan. ilmuwan mengatakan bahwa zaman es baru sedang berjalan di belahan bumi Eropa menyusul adanya penurunan suhu yang sangat mengkhawatirkan dari suhu panas matahari.

Sementara jumlah ledakan gas di permukaan Matahari berada di puncak siklus 11 tahunan, tetapi penelitian terbaru telah menunjukkan penurunan tak terduga dari aktivitas matahari, kata peneliti.

Fenomena ini terjadi diamati dalam kurun waktu 30 tahun terakhir dan ada kekhawatiran suhu bisa terus mengalami penurunan ke tingkat yang sangat rendah hingga kemungkinan Bumi memasuki ke zaman es kecil.

"Ini akan terlihat seperti matahari yang tengah tertidur dan tidak menunjukkan aktifitasnya". Ujar Dr. Lucie Green dari Mullard Space Science Laboratory University College London.

"Fenomena alam yang sangat mengkhawatirkan ini sangat mengejutkan banyak ilmuwan" ujarnya.



Menurut Pusat Data Iklim Nasional AS (NCDC), tahun ini salju yang turun menutupi wilayah Amerika bagian Utara dan sebagian wilayah seperti di Siberia, Mongolia, dan China lebih besar dari pada tahun-tahun sebelumnya. Sejumlah peneliti mengamati siklus ini sejak tahun 1966.


Lembaga Antariksa Amerika (NASA) juga telah meramalkan bahwa siklus menurunnya aktifitas Matahari akan mencapai puncaknya pada tahun 2022 dan bisa menjadi salah satu yang paling lemah dalam ber abad-abad, sehingga akan menyebabkan pendinginan yang sangat signifikan dari iklim di muka Bumi.

Setelah prediksi NASA, beberapa ilmuwan percaya bahwa zaman ES kecil baru saja dimulai.

Zaman Es Pertama


Para peneliti menemukan bukti zaman es pertama dari lapisan batuan yang disebut BIC (Bushveld Igneous Complex) di Afrika Selatan, sebuah deposit batuan beku yang mengandung bermacam-macam mineral menjadikan tempat itu kaya akan mineral. Dari sana disimpulkan Zaman es pertama dimulai 2,4 Milyar tahun lalu pada periode Siderian dan berakhir 2,1 Milyar tahun lalu pada periode Rhyacian.

Apa penyebab terjadinya Zaman Es?
Kok bisa sih Bumi mendingin dan menghangat gitu?

Penyebab terjadinya Zaman es bisa dibilang banyak, diantaranya, gangguan pola Iklim dan Arus Laut, Kadar Co2 di atmosfer, Gunung berapi, dan bahkan Tubrukan Meteor. Zaman es kebanyakan terjadi karena pendinginan aerosol dimana oleh sebab tertentu sinar matahari tidak mencapai atau ditahan di Bumi. Contoh pendinginan akibat erupsi gunung berapi bisa dilihat saat letusan gunung Tambora 1815 dimana letusannya menyebabkan Tahun tanpa Musim Panas 1816 di Eropa, akibat dari penurunan suhu karena dihalanginya sinar matahari oleh debu vulkanik Gunung Tambora.

Dalam Geologi kita mengenal istilah "Jika sesuatu itu pernah terjadi di masa lalu, maka cepat akan lambat pasti akan terjadi di masa yang akan datang"

Setelah membaca post ini diharap kalian sadar bahwa Bumi kita, Atmosfer kita sangat rentan dan rapuh. Apalagi ditambah dengan booster Interglacial oleh manusia dengan melakukan Global Warming di Bumi, membuat kita tidak bisa melihat jelas ke depan karena kita mempercepat siklus yang seharusnya berjalan sendiri. Akibatnya? tidak ada yang tahu.